Selamat datang di www.gloriagnys.blogspot.com --- yuk jangan sungkan tuk segera membaca sambil mendengar musik-musik rohani dari mg radio

Jumat, 05 Februari 2010

Memberi ? ... Siapa Takut !

Kata orang, “Tangan di atas lebih baik dari tangan dibawah.” Pepatah ini sudah pasti tidak asing di telinga kita, yang berarti “lebih baik memberi daripada menerima.” Namun tidak semua orang mengerti arti dari pepatah tersebut dapat “melakukannya.” Ada banyak alasaan yang menyebabkan mengapa kita tidak dapat melakukannya (memberi), diantaranya adalah:
1. Karena memang tidak memiliki sesuatu untuk dibagikan. Ini adalah golongan yang malah seharusnya dibantu (diberi)
2. Merasa minder untuk memberi. Ini golongan orang yang bisa memberi, tapi “merasa” cuma sedikit dan tidak sebanding dengan pemberian orang lain.
3. Takut dikira ada maunya (memberi dengan maksud tertentu). Ini adalah golongan orang yang mau memberi tapi banyak pertimbangan, tidak punya pendirian teguh, dan mudah terpengaruh orang lain
4. Memang PELIT. Ini adalah golongan yang paling “parah”. Biasanya mereka merasa apa yang dipunyai adalah hasil jerih payahnya sendiri sehingga tidak rela berbagi dengan siapapun.

Dalam II Korintus 9:1-15, Paulus menulis tentang bagaimana jemaat mula-mula berbagi kasih dalam pelayanan tidak hanya dengan tenaga dan pikiran, tetapi mereka juga berbagi harta kekayaan mereka dengan sukarela untuk pekerjaan pelayanan orang-orang kudus, bukan dengan paksa bahkan mereka telah membuat “janji” sebelumnya (ay. 5)
Saudara sebenarnya apa yang ada pada kita semua itu karena kasih dan kemurahan Tuhan pada kita. Jadi sudah sepatutnya kita memberi sebagai ungkapan syukur kita pada Tuhan yang menyediakan. Bukankah Tuhan juga mengajar agar kita menyisihkan sebagian penghasilan kita sebagai “perpuluhan” bagi Tuhan. Seorang petani selalu menyisihkan hasil panen untuk dipakai sebagai “benih” yang ditanam agar mereka tetap bisa menuai padi pada musim panen berikutnya. Begitu seterusnya yang dilakukannya.
Saat kita memberi untuk Tuhan, maka apa yang kita beri tidak akan lenyap begitu saja dan juga kita tidak akan dibuat “bangkrut” (ay. 6) karena memberi untuk Tuhan. Asalkan semua kita berikan didasari “sukarela”, bukan dengan “terpaksa” atau karena “gengsi”. (ay. 7)
Jangan punya perasaan “minder” atau “takut” untuk memberi, sedikit atau banyak pemberian kita, asal diberikan dengan sukacita, dan tidak ada maksud-maksud “tersembunyi” Tuhan pasti menerimanya. “Sebab pelayanan kasih yang berisi pemberian ini bukan hanya mencukupkan keperluan orang-orang kudus, tetapi juga melimpahkan ucapan syukur kepada Allah” (ay. 12).
Siapa sih “orang-orang Kudus” yang dimaksud Paulus? Yang dimaksud pastilah “para pelayan” Tuhan yang bekerja memberitakan Injil demi kebesaran kasih dan kemuliaanNya yang pada saat itu tersebar ke daerah-daerah dan perlu banyak bantuan demi kelancaran pelayanan mereka.
Jadi saudara-saudara, marilah kita memberi dengan sukacita, dan jangan ada duka!

cak@goestinuz.ssp

1 komentar:

ravimalekinth mengatakan...

justru di dalam alkitab, memberi dilakukan selalu dalam konteks kekurangan

1. 7 Roti dan beberapa ikan kecil, mengeyangkan 4000 orang (matius 15:34)

2. 5 roti dan 2 ikan, mengenyangkan 5000 orang.

3. Musa tidak punya makanan apapun di padang gurun, alias nol (0). Tapi Musa berdoa dan Tuhan menurunkan burung dan ragi.
Yang kenyang: RATUSAN RIBU orang israel.

Semakin sedikit yang dimiliki, justru semakin banyak yang terberi. Hebat ya?? :D