Selamat datang di www.gloriagnys.blogspot.com --- yuk jangan sungkan tuk segera membaca sambil mendengar musik-musik rohani dari mg radio

Rabu, 21 Januari 2009

Konflik Itu Indah

Mana ada suatu organisasi mengalami konflik. Kemajuan suatu organisasi pasti akan disertai dengan konflik. Oleh sebab itu, konflik bukan dihindari bukan pula dicari-cari. Tetapi ketika itu terjadi, dicari jalan penyelesaiannya. Jadi, konflik akan tetap ada selama sebuah organisasi berjalan. Tetapi sejak dini perlu diselesaikan dan dicari jalan keluarnya. Gimana caranya? Gini lho, buuu…

Pertama, perlu adanya sikap respek pada pihak yang saling berlawanan. Inget aja kita sama-sama manusia berdosa yang sama-sama punya kesalahan. Setiap kesalahan pada salah satu bagian tubuh organisasi juga melibatkan bagian tubuh yang lain sehingga tidak perlu merasa diri benar, walaupun secara hitam di atas putih kita memang benar. Berada di pihak yang benar tanpa harus menghina pihak yang salah, bisa, khan?

Kedua, putuskan suatu jalan keluar. Konflik itu wajar, yang tidak wajar adalah ketika konflik menjadi berkepanjangan dan tidak ada penyelesaian. Seperti penyakit, maka akan lebih baik jika konflik disembuhkan sejak dini. Konflik seperti lubang pada gigi, kalau didiamkan lama-lama lubang akan membesar dan akan sangat menyakitkan di masa yang akan datang. Lalu, apa keputusannya? Saya bagi dalam 4 keputusan yang akronimnya adalah YATI KORAN. Apaan, tuuuh…

YA: adalah sebuah kesepakatan, bahwa kedua belah pihak yang berkonflik sama-sama setuju, mengatakan “ya”. Demi kemajuan suatu hubungan dan tujuan organisasi, maka untuk sesuatu yang genting dan penting, harus ada kata sepakat.

TI: adalah “tidak”. Nah, ini yang susah. Kalau konfliknya menyangkut sesuatu yang benar-benar prinsip dan terpaksa harus kita katakan tidak pada keputusannya, maka sebaiknya benar-benar berkata tidak. Kalau suatu organisasi sudah mulai menyimpang dari prinsip-prinsip Firman Tuhan, maka sebaiknya kita berkata tidak dan kalau terpaksa, dapat mengeluarkan diri secara dewasa, bukan ngambek.

KO: adalah “kompromi”, kalau masalahnya tidak terlalu prinsip, hanya masalah kecil, maka rela hatilah sedikit untuk berkompromi, nggak perlu ngotot. Misalnya kalau suatu perusahaan mau beli mobil dengan kisaran biaya 100 juta. Satu pihak mengatakan beli Toyoya Kijang, pihak lain menawarkan Mitsubishi Kuda, dan perusahaan tidak akan hancur gara-gara masalah merk mobil, maka kompromi aja nggak masalah. Kecuali jika menyangkut kebenaran, melanggar prinsip Firman Tuhan, nah, kita nggak boleh kompromi.

RAN: adalah “toleran” yaitu sebuah sikap yang membiarkan sesuatu terjadi walau hal itu memiliki pandangan yang berbeda dari pendapat kita, dan kita nggak ikuti pandangan itu tapi nggak juga kecewa atau marah. Tentu jika hal itu tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Firman Tuhan. Ini sedikit beda dengan kompromi. Kalau kompromi, kita ikut-ikutan dengan keputusan organisasi. Kalau toleran, kita nggak ikuti keputusan organisasi, tetapi juga tidak ikut-ikutan melakukannya, bingung ye…gini lho buuu,… Misalnya, suatu perusahaan ingin menggunakan jasa antar jemput antara rumah dan kantor, tapi kita lihat itu nggak efektif. Ya sudah, kalau yang lain lihat itu efektif, biarkan mereka gunakan jasa antar jemput, kita pakai motor bebek butut kita, dan ndhak usah nesu.

Tapi…ada tapinya, ternyata semua nggak se sederhana itu. Kalau konflik kita lebih sering nesu, ngotot-ngototan, eh terjadi perpecahan. Kalau nggak prinsip, nggak perlu pecah-pecah. Tetapi kalau nama Tuhan udah nggak lagi dipermuliakan, kita harus berlawanan, tetapi nggak usah gondhok, wong konflik itu indah kok…


Oleh: Gito T. Wicaksono


Tidak ada komentar: